BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan
kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa
menjadi maju. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas dicetak
untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa. Indonesia sebagai
negara yang berkembang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan nasional.
Sebagaimana telah di jelaskan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa, “Pendidikan
Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945”.[1]
Salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Sebagaimana yang telah diketahui
bahwa pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam lingkungan sekolah yang
menjadi penentu kualitas output sumber daya manusia. Oleh sebab itu
upaya peningkatan kualitas pembelajaran menjadi kebutuhan yang signifikan.
Kegiatan belajar mengajar mengandung
arti interaksi dari berbagai
komponen, seperti guru, murid, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan pada
saat kegiatan berlangsung. Siswa sebagai satu komponen belajar, dituntut untuk
dapat memberikan prestasi yang memuaskan yang ditandai dengan keberhasilannya di
dalam belajar, yaitu dengan hasil belajar yang baik. Namun, untuk mendapatkan
hasil belajar yang baik, tidak mudah. Banyak faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum, Slameto mengemukakan bahwa,
“Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: intelegensi,
minat, bakat, keadaan sosial ekonomi, perhatian orang tua, metode mengajar,
media, kurikulum, kesiapan, dan teman bergaul”.[2]
Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai
dan menciptakan teknologi di masa depan maka diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu disampaikan kepada semua
peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Cockroft
mengemukakan bahwa:
“Matematika perlu
diajarkan pada siswa karena; (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan,
(2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3)
merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan
untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan
berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.[3]
Dari hal di atas, diungkapkan bahwa sangat perlu belajar matematika,
karena berbagai bidang kehidupan tidak lepas dari matematika. Untuk itu, perlu
perhatian khusus dalam mengajarkan matematika, agar siswa dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik, sehingga
keberhasilan siswa dalam matematika dapat dicapai.
Namun,
hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah. Hal ini sesuai hasil
wawancara peneliti pada tanggal 17 Maret 2011 kepada Guru Mata Pelajaran
Matematika di MTs. S Mu’allimin Univa Medan, Ibu Nola Afni Oktavia,S.Pd. Beliau
mengatakan bahwa, hanya 60% siswa yang mencapai Kriteria Komulatif Minimal (KKM)
yaitu nilai 7,3 atau dengan daya serap 73% yang merupakan syarat ketuntasan
belajar matematika di sekolah tersebut, sedangkan suatu kelas dapat dikatakan
tuntas belajar jika minimal sudah mencapai 75% siswa yang mencapai daya serap
. Siswa kelas IX mengalami
kesulitan dalam memahami istilah-istilah dalam Statistika dan menyelesaikan
soal-soal Statistika khususnya ukuran pemusatan (mean, median, dan modus)
pada data tunggal”.

Guru
matematika di sekolah ini juga masih menggunakan metode mengajar yang
kovensional. Sehingga siswa hanya menerima materi dari apa yang diajarkan oleh
guru saja. Dengan begitu siswa banyak duduk, memperhatikan penjelasan guru,
mencatat materi kemudian mengerjakan latihan. Tidak ada keaktifan siswa dalam
kelas. Siswa juga tidak termotivasi untuk belajar di rumah, karena mereka
berfikir, materi itu akan sepenuhnya
diajarkan oleh guru mereka.
Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Jhon A. Van De Wale bahwa,
“Yang mendasar dalam
matematika adalah bahwa matematika dapat dipahami dan masuk akal: 1) setiap
hari siswa harus mendapatkan pengalaman bahwa matematika masuk akal; 2) para
siswa harus percaya bahwa mereka mampu
memahami matematika; 3) para guru harus menghentikan cara mengajar
dengan memberitahu segalanya kepada siswa dan harus mulai memberi kesempatan
kepada siswa untuk memahami matematika yang sedang mereka pelajari; 4)
akhirnya, para guru harus percaya terhadap kemampuan siswa”.[4]
Untuk
mengatasi masalah rendahnya hasil belajar matematika, maka perlu diadakan
perubahan cara guru mengajar materi matematika. Dari pembelajaran matematika
yang berorientasi pada guru ke pembelajaran matematika yang berorientasi pada
siswa.
Wina
Sanjaya mengemukakan bahwa,
“Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
(PBAS) dipandang dari sisi proses pembelajaran: PBAS menghendaki keseimbangan
antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual.
Sedangkan dipandang dari sisi hasil belajar: PBAS menghendaki belajar yang
seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotor)”.[5]
Berdasarkan hal yang diungkapkan Slameto, salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah metode mengajar. Metode mengajar
sangat penting dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode mengajar yang
tepat, siswa akan dengan mudah dapat memahami pelajaran yang diberikan maka
tujuan pembelajaran akan mudah dicapai. Begitu juga di MTs. Mu’allimin Univa
Medan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah
metode mengajar.
Untuk itu maka peneliti berupaya untuk melakukan suatu perbaikan
mengajar yaitu dengan melakukan variasi mengajar agar dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa MTs. Mu’allimin Univa Medan, melalui suatu pendekatan
belajar yang memuat alasan yang telah dijelaskan di atas, yaitu kurangnya pemahaman
siswa dalam mengartikan istilah dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan statistika dan guru matematika yang masih menggunakan metode konvesional
dalam mengajar. Pendekatan matematika seperti itu dapat terakomodasi melalui
pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran terbalik).
Soepraptojielwongsolo mengemukakan bahwa, “Reciprocal Teaching
adalah strategi belajar melalui kegiatan
mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai “guru” menggantikan
peran guru untuk mengajarkan teman-temannya”.[6]
Sedangkan menurut Paulina
Pannen dalam Amin Suyitno mengemukakan bahwa,“Melalui pembelajaran terbalik ini
siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, memiliki kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuannya sendiri, melatih siswa agar dapat mempresentasikan
idenya, dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dari
proses pembelajaran”.[7]
Berarti
dalam reciprocal teaching, siswa menjelaskan materi dan siswa lain
mendengarkan penjelasan siswa yang manyampaikan materi tersebut. Kemudian siswa
diberi kesempatan untuk bertanya apa yang tidak diketahuinya, mengidentifikasi materi
yang disajikan siswa lain, kemudian menyimpulkan materi tersebut. Dengan adanya
penyampaian materi oleh temannya, maka siswa akan lebih mudah mengerti materi
yang disampaikan dan siswa juga menjadi lebih aktif di dalam kelas.
Berdasarkan
uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “ Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Pada Pokok Bahasan
Statistika di Kelas IX MTs. Mu’allimin Univa Medan T.A. 2011/2012”.
B.
Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari uraian latar
belakang di atas adalah:
1.
Rendahnya hasil belajar siswa dan minimnya jumlah
anak yang mencapai tingkat ketuntasan.
2.
Penggunan metode mengajar yang konvensional.
3.
Kurangnya kemampuan siswa dalam mengartikan
istilah-istilah yang ada pada Statistika.
4.
Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Statistika.
C.
Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, maka masalah ini dibatasi pada:
1.
Rendahnya hasil belajar siswa kelas IX-A terhadap materi
ajar Statistika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching.
2.
Materi ajar Statistika, dikhususkan pada ukuran
pemusatan (mean, median, dan modus) pada data tunggal serta
penafsirannya.
D.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa di kelas IX MTs. Mu’allimin
Univa Medan pada pokok bahasan Statistika
melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching?
2.
Bagaimana hasil belajar siswa pada pokok bahasan statistika
setelah diberi pembelajaran Reciprocal Teaching?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pokok bahasan Statistika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching
di kelas IX MTs. Mu’allimin Univa Medan tahun ajaran 2011/2012.
2.
Untuk
mengetahui upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pokok bahasan Statistika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
Secara
teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a.
Sebagai
salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika dengan Reciprocal Teaching.
b.
Sebagai
rujukan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan Reciprocal
Teaching.
c.
Bagi
siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika
2.
Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfat sebagai berikut:
a.
Bagi
guru, dapat digunakan sebagai bahan masukkan khususnya bagi guru kelas IX
tentang suatu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui Reciprocal Teaching.
b. Bagi siswa terutama sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar matematika secara
aktif dan menyenangkan melalui Reciprocal Teaching.
c.
Bagi
sekolah, penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode
pembelajaran matematika.
[2]Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h.54-72
[3]
Henny Putri Ayu Lestari, “Upaya Meningkat Hasil Belajar Matematika Siswa
Melalui Pembelajaran Reciprocal Teaching pada Pokok Bahasan Bangun Datar di
Kelas XI SMK PEMDA Lubuk Pakam T.A. 2009/2010” skripsi Sarjana Pendidikan,
(Medan: Perpustakaan UNIMED 2010), h. 2, t.d.
[4] Jhon
A. Van De Wale, Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran
(Jakarta: Erlangga, 2008), jilid 1, h. 14
[5]Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2008), h.137
[6]
Henny Putri Ayu Lestari, op.cit., h. 5
[7] Lathifah, Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX F MTs. N Model Babakan Lebaksiu Tegal
Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Melalui Model Pembelajaran Berbalik
(Reciprocal Teaching). hlm.
17. 2007.(http://pusatpanduan.com/upaya-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-kelas-ix-f-mtsn-model).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar