Halaman

Senin, 10 Desember 2012

bab 1


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang  Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas dicetak untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa. Indonesia sebagai negara yang berkembang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan nasional.
Sebagaimana telah di jelaskan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa, “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945”.[1]
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam lingkungan sekolah yang menjadi penentu kualitas output sumber daya manusia. Oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas pembelajaran menjadi kebutuhan yang signifikan.
Kegiatan belajar mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Siswa sebagai satu komponen belajar, dituntut untuk dapat memberikan prestasi yang memuaskan yang ditandai dengan keberhasilannya di dalam belajar, yaitu dengan hasil belajar yang baik. Namun, untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, tidak mudah. Banyak faktor yang mempengaruhinya.
 Secara umum, Slameto mengemukakan bahwa, “Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: intelegensi, minat, bakat, keadaan sosial ekonomi, perhatian orang tua, metode mengajar, media, kurikulum, kesiapan, dan teman bergaul”.[2]
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu disampaikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Cockroft mengemukakan bahwa:
“Matematika perlu diajarkan pada siswa karena; (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.[3]
Dari hal di atas, diungkapkan bahwa sangat perlu belajar matematika, karena berbagai bidang kehidupan tidak lepas dari matematika. Untuk itu, perlu perhatian khusus dalam mengajarkan matematika, agar siswa dapat menerima  materi yang disampaikan dengan baik, sehingga keberhasilan siswa dalam matematika dapat dicapai.
Namun, hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah. Hal ini sesuai hasil wawancara peneliti pada tanggal 17 Maret 2011 kepada Guru Mata Pelajaran Matematika di MTs. S Mu’allimin Univa Medan, Ibu Nola Afni Oktavia,S.Pd. Beliau mengatakan bahwa, hanya 60% siswa yang mencapai Kriteria Komulatif Minimal (KKM) yaitu nilai 7,3 atau dengan daya serap 73% yang merupakan syarat ketuntasan belajar matematika di sekolah tersebut, sedangkan suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajar jika minimal sudah mencapai 75% siswa yang mencapai daya serap . Siswa kelas IX mengalami kesulitan dalam memahami istilah-istilah dalam Statistika dan menyelesaikan soal-soal Statistika khususnya ukuran pemusatan (mean, median, dan modus) pada data tunggal”.

Guru matematika di sekolah ini juga masih menggunakan metode mengajar yang kovensional. Sehingga siswa hanya menerima materi dari apa yang diajarkan oleh guru saja. Dengan begitu siswa banyak duduk, memperhatikan penjelasan guru, mencatat materi kemudian mengerjakan latihan. Tidak ada keaktifan siswa dalam kelas. Siswa juga tidak termotivasi untuk belajar di rumah, karena mereka berfikir, materi itu akan sepenuhnya  diajarkan oleh guru mereka.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jhon A. Van De Wale bahwa,
“Yang mendasar dalam matematika adalah bahwa matematika dapat dipahami dan masuk akal: 1) setiap hari siswa harus mendapatkan pengalaman bahwa matematika masuk akal; 2) para siswa harus percaya bahwa mereka mampu  memahami matematika; 3) para guru harus menghentikan cara mengajar dengan memberitahu segalanya kepada siswa dan harus mulai memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami matematika yang sedang mereka pelajari; 4) akhirnya, para guru harus percaya terhadap kemampuan siswa”.[4]

Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar matematika, maka perlu diadakan perubahan cara guru mengajar materi matematika. Dari pembelajaran matematika yang berorientasi pada guru ke pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa.
Wina Sanjaya mengemukakan bahwa,
 “Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) dipandang dari sisi proses pembelajaran: PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Sedangkan dipandang dari sisi hasil belajar: PBAS menghendaki belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor)”.[5]

Berdasarkan hal yang diungkapkan Slameto, salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah metode mengajar. Metode mengajar sangat penting dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat, siswa akan dengan mudah dapat memahami pelajaran yang diberikan maka tujuan pembelajaran akan mudah dicapai. Begitu juga di MTs. Mu’allimin Univa Medan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah metode mengajar.
Untuk itu maka peneliti berupaya untuk melakukan suatu perbaikan mengajar yaitu dengan melakukan variasi mengajar agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa MTs. Mu’allimin Univa Medan, melalui suatu pendekatan belajar yang memuat alasan yang telah dijelaskan di atas, yaitu kurangnya pemahaman siswa dalam mengartikan istilah dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan statistika dan guru matematika yang masih menggunakan metode konvesional dalam mengajar. Pendekatan matematika seperti itu dapat terakomodasi melalui pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran terbalik).
Soepraptojielwongsolo mengemukakan bahwa, “Reciprocal Teaching adalah strategi  belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai “guru” menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya”.[6] Sedangkan menurut Paulina Pannen dalam Amin Suyitno mengemukakan bahwa,“Melalui pembelajaran terbalik ini siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, melatih siswa agar dapat mempresentasikan idenya, dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dari proses pembelajaran”.[7]
Berarti dalam reciprocal teaching, siswa menjelaskan materi dan siswa lain mendengarkan penjelasan siswa yang manyampaikan materi tersebut. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya apa yang tidak diketahuinya, mengidentifikasi materi yang disajikan siswa lain, kemudian menyimpulkan materi tersebut. Dengan adanya penyampaian materi oleh temannya, maka siswa akan lebih mudah mengerti materi yang disampaikan dan siswa juga menjadi lebih aktif di dalam kelas.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Pada Pokok Bahasan Statistika di Kelas IX MTs. Mu’allimin Univa Medan T.A. 2011/2012”.

B.      Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari uraian latar belakang di atas adalah:
1.       Rendahnya hasil belajar siswa dan minimnya jumlah anak yang mencapai tingkat ketuntasan.
2.       Penggunan metode mengajar yang konvensional.
3.       Kurangnya kemampuan siswa dalam mengartikan istilah-istilah yang ada pada Statistika.
4.       Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Statistika.

C.      Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah ini dibatasi pada:
1.       Rendahnya hasil belajar siswa kelas IX-A terhadap materi ajar Statistika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching.
2.       Materi ajar Statistika, dikhususkan pada ukuran pemusatan (mean, median, dan modus) pada data tunggal serta penafsirannya.

D.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.       Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IX MTs. Mu’allimin Univa Medan pada  pokok bahasan Statistika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching?
2.       Bagaimana hasil belajar siswa pada pokok bahasan statistika setelah diberi pembelajaran Reciprocal Teaching?

E.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.       Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Statistika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching di kelas IX MTs. Mu’allimin Univa Medan tahun ajaran 2011/2012.
2.       Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Statistika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching.

F.       Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.       Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a.       Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan Reciprocal Teaching.
b.       Sebagai rujukan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan Reciprocal Teaching.
c.       Bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika

2.       Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfat sebagai berikut:
a.      Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukkan khususnya bagi guru kelas IX tentang suatu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui Reciprocal Teaching.
b.     Bagi siswa terutama sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar matematika secara aktif dan menyenangkan melalui Reciprocal Teaching.
c.      Bagi sekolah, penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran matematika.


[1] Rosdiana A. Bakar, Pendidikan Suatu Pengantar (Bandung: CitaPustaka Media, 2008), h. 92
[2]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.54-72
[3] Henny Putri Ayu Lestari, “Upaya Meningkat Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Reciprocal Teaching pada Pokok Bahasan Bangun Datar di Kelas XI SMK PEMDA Lubuk Pakam T.A. 2009/2010” skripsi Sarjana Pendidikan, (Medan: Perpustakaan UNIMED 2010), h. 2, t.d.
[4] Jhon A. Van De Wale, Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran (Jakarta: Erlangga, 2008), jilid 1, h. 14
[5]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), h.137

[6] Henny Putri Ayu Lestari, op.cit., h. 5
[7] Lathifah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX F MTs. N Model Babakan Lebaksiu Tegal Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Melalui Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching). hlm. 17. 2007.(http://pusatpanduan.com/upaya-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-kelas-ix-f-mtsn-model).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar